Archive for 2013

KONTRIBUSI BIOKIMIA dalam ILMU VET


.

silahkan download file ppt nya ,.. mohon maaf jika ada kekurangan
http://www.mediafire.com/download/5zl95z3xxqww8f6/biokimia.pptx

Peranan Vitamin A, C, E Sebagai Antioksidan


.


Peranan Vitamin A, C, E Sebagai Antioksidan

aaaaaUDAYANA










Oleh :
KELOMPOK 1
I GEDE PUTU ALIT ANGGARA PUTRA     1309005022
MUHAMAD NASIR                                            1309005023
I MADE AGUS SURYANATHA                      1309005030
I KETUT ASTAWA                                            1309005032



FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
JURUSAN KEDOKTERAN HEWAN / SEMESTER  I
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
 2013/2014

BAB I
 PENDAHULUAN

Latar Belakang
            Radikal bebas adalah molekul yang kehilangan satu buah elektron dari pasangan elektron bebasnya, atau merupakan hasil pemisahan homolitik suatu ikatan kovalen. Akibat pemecahan homolitik, suatu molekul akan terpecah menjadi radikal bebas yang mempunyai elektron tak berpasangan. Elektron memerlukan pasangan untuk menyeimbangkan nilai spinnya, sehingga molekul radikal menjadi tidak stabil dan mudah sekali bereaksi dengan molekul lain, membentuk radikal baru. Radikal bebas dapat dihasilkan dari hasil metabolisme tubuh dan faktor eksternal seperti asap rokok, hasil penyinaran ultra violet, zat pemicu radikal dalam makanan dan polutan lain. Penyakit yang disebabkan oleh radikal bebas bersifat kronis, yaitu dibutuhkan waktu bertahun-tahun untuk penyakit tersebut menjadi nyata. Contoh penyakit yang sering dihubungkan dengan radikal bebas adalah serangan jantung,kanker, katarak dan menurunnya fungsi ginjal. Untuk mencegah atau mengurangi penyakit kronis karena radikal bebas diperlukan antioksidan.
            Antioksidan sendiri dapat menetralkan molekul yang kekurang elektron tersebut. Adapun sumber Antioksidan alami itu sendiri dari buah buahan dan sayur sayuran yang beberapa diantaranya mengandung vitamin A, C, atau E. Nah Seberapakah pentingnya vitamin vitamin tersebut sebagai Antioksidan ?.

Rumusan Masalah
            Dari Latar belakang tersebut kami dapatkan rumusan masalah sebagai berikut :
·         Apakah Antioksidan itu ?
·         Bagaimanakah mekanisme kerja Antioksidan itu sendiri ?
·         Bagaimanakah peran Vitamin A, C, dan E sebagai antioksidan itu sendiri ?
·         Apa sajakah sumber sumber dari Vitamin – vitamin A, C, dan E tersebut ?


Tujuan
Dari rumusan masalah diatas kami dapat menentukan tujuan dari penulisan ini sebagai berikut :
·         Agar dapat mengetahui apa itu Antioksidan dan apa pentingnya dalam tubuh.
·         Untuk mengetahui bagaimanakah mekanisme kerja Antioksidan itu sendiri.
·         Untuk mengetahui bagaimanakah peran dari Vitamin A, C, dan E sebagai Antioksidan.
·         Agar mengetahui apakah sumber sumber dari Vitamin A, C, dan E tersebut.




















BAB II
PEMBAHASAN

Antioksidan
Antioksidan adalah substansi yang dapat memberikan elektron. Fungsinya adalah melindungi tubuh dari serangan radikal bebas, dengan cara menunda, memperlambat, dan mencegah proses oksidasi. Dalam arti khusus, antioksidan adalah zat yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas dalam oksidasi lipid (Kochhar dan Rossell, 1990). Antioksidan mampu melindungi sel dari efek berbahaya radikal bebas oksigen reaktif, yang dikaitkan sebagai penyebab berbagai penyakit, seperti penyakit-penyakit degeratif, kanker dan proses penuaan dini.
Seperti diketahui bahwa radikal bebas dapat berasal dari dalam tubuh sebagai hasil dari metabolisme tubuh, juga dapat berasal dari faktor eksternal, seperti asap rokok, polutan dan sebagainya. Radikal bebas adalah spesies yang tidak stabil, karena memiliki elektron yang tidak berpasangan, sehingga akan berusaha untuk mencari pasangan elektron dari molekul atau sel yang lain. Protein lipida dan DNA dari sel manusia sehat merupakan sumber pasangan elektron yang baik.Ketika antioksidan menyerang radikal bebas, antioksidan dan radikal bebas akan saling berikatan. Selanjutnya terbentuk radikal bebas yang baru, yang relatif lemah dan tidak membahayakan.

Mekanisme kerja antioksidan
Antioksidan memiliki dua fungsi. Fungsi pertama merupakan fungsi utama dari antioksidan yaitu sebagai pemberi atom hidrogen. Antioksidan (AH) yang mempunyai fungsi utama tersebut sering disebut antioksidan primer. Senyawa ini dapat memberikan atom hidrogen secara cepat ke radikal lipida (R*, ROO*) atau mengubahnya ke bentuk lebih stabil, sementara turunan radikal antioksidan (A*) tersebut memiliki keadaan lebih stabil dibanding radikal lipida.
Fungsi kedua merupakan fungsi sekunder antioksidan, yaitu memperlambat laju autooksidasi dengan berbagai mekanisme diluar mekanisme pemutusan rantai autooksidasi, dengan mengubah radikal lipida ke bentuk lebih stabil (Gordon,1990).
Penambahan antioksidan (AH) primer dengan konsentrasi rendah pada lipida dapat menghambat atau mencegah reaksi autooksidasi lemak dan minyak. Penambahan tersebut dapat menghalangi reaksi oksidasi pada tahap inisiasi maupun propagasi (lihat gambar 1). Radikal-radikal antioksidan (A*) yang terbentuk pada reaksi tersebut relatif stabil dan tidak mempunyai cukup energi untuk dapat bereaksi dengan molekul lipida lain membentuk radikal lipida baru (Gordon, 1990).

Inisiasi : R* + AH ———-> RH + A*
Radikal lipida
Propagasi : ROO* + AH ——-> ROOH + A*
Gambar 1. Reaksi Penghambatan antioksidan primer terhadap radikal lipida (Gordon 1990)
Besar konsentrasi antioksidan yang ditambahkan dapat berpengaruh pada laju oksidasi. Pada konsentrasi tinggi, aktivitas antioksidan grup fenolik justru sering lenyap, bahkan antioksidan tersebut menjadi prooksidan (Gambar 2). Pengaruh jumlah konsentrasi pada laju oksidasi tergantung pada struktur antioksidan, kondisi dan sampel yang akan diuji.

AH + O2 ———–> A* + HOO*
AH + ROOH ———> RO* + H2O + A*
Gambar 2. Antioksidan bertindak sebagai prooksidan pada konsentrasi tinggi (Gordon 1990)
Ong et al. (1995), menyatakan bahwa mekanisme kerja antioksidan dalam tingkat selular antara lain sebagai berikut:
- antioksidan yang berinteraksi langsung dengan oksidan, radikal bebas, atau oksigen tunggal
- mencegah pembentukan jenis oksigen reaktif
- mengubah jenis oksigen rekatif menjadi kurang toksik
- mencegah kemampuan oksigen reaktif
- memperbaiki kerusakan yang timbul. 

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh5635AR7hHEtihPJekZekUFVyCbvOlGFVNlVIi4qtbwHh5rlEvPTxT0NjHTBSIbX3FK84yts1Z3FJRXnQU6gbxoTsqE3-jE8EyZksdODCYmLb1KVA1ek_jx1q71vSOK4cwIHq-5-OV_CQ/s1600/antioxidant_diag.gif

Komponen kimia yang berperan sebagai antioksidan adalah senyawa golongan fenolik dan polifenolik. Senyawa-senyawa golongan tersebut banyak terdapat di alam, terutama pada tumbuh-tumbuhan, dan memiliki kemampuan untuk menangkap radikal bebas. Sedangkan antioksidan yang banyak ditemukan pada bahan pangan, antara lain vitamin E, vitamin C, dan karotenoid.2.
Penggolongan Antioksidan berdasarkan sumbernya
Sumber-sumber antioksidan dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu antioksidan alami yaitu antioksidan hasil ekstraksi bahan alami dan antioksidan sintetik yaitu antioksidan yang diperoleh dari hasil sintesa reaksi kimia.
Antioksidan alami
Antioksidan alami biasanya lebih disukaii, karena tingkat keamanan yang lebih baik dan manfaatnya yang lebih luas dibidang makanan, kesehatan dan kosmetik. Antioksidan alami yang terdapat di dalam makanan dapat berasal dari 
  • senyawa antioksidan yang sudah ada dari satu atau dua komponen makanan
  • senyawa antioksidan yang terbentuk dari reaksi-reaksi selama proses pengolahan
  • senyawa antioksidan yang diisolasi dari sumber alami dan ditambahkan ke makanan sebagai bahan tambahan pangan(Pratt, 1992).
Senyawa antioksidan yang diisolasi dari sumber alami, pada umumnya berasal dari tumbuhan. Kingdom tumbuhan, Angiosperm memiliki kira-kira 250.000 sampai 300.000 spesies dan dari jumlah ini kurang lebih 400 spesies yang telah dikenal dapat menjadi bahan pangan manusia. Antioksidan alami banyak didapatkan pada sayuran, buah-buahan dan tumbuhan berkayu yang tersebar di beberapa bagian tanaman, seperti pada kayu, kulit kayu, akar, daun, buah, bunga, biji dan serbuk sari (Pratt,1992). 
Senyawa antioksidan alami yang terdapat pada tumbuhan, umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa golongan flavonoid, turunan asam sinamat, kumarin, tokoferol dan asam-asam organik polifungsional. Golongan flavonoid yang memiliki aktivitas antioksidan meliputi flavon, flavonol, isoflavon, kateksin, flavonol dan kalkon, sedangkan pada turunan asam sinamat meliputi asam kafeat, asam ferulat, asam klorogenat, dan lain-lain.
Metabolit sekunder dalam tumbuhan yang berasal dari golongan alkaloid, flavonoid, saponin, kuinon, tanin, steroid/ triterpenoid.

Berikut adalah hasil beberapa penelitian dalam upaya mendapatkan sumber-sumber antioksidan alami:
  • Quezada et al. (2004) menyatakan bahwa fraksi alkaloid pada daun “Peumus boldus” dapat berperan sebagai antioksidan.
  • Zin “et al”. (2002) menyatakan bahwa golongan senyawa yang aktif sebagai antioksidan pada batang, buah, dan daun mengkudu berasal dari golongan flavonoid.
  • Gingseng dinyatakan memiliki manfaat sebagai antioksidan, antidiabetes, antihepatitis, antistres, dan antineoplastik, juga mengandung saponin glikosida (steroid glikosida).
  • Uji aktivitas antioksidan yang dilakukan pada daun “Ipomea pescaprae” menunjukkan keberadaan senyawa kuinon, kumarin, dan furanokumarin.
  • Tanin yang banyak terdapat pada teh dipercaya memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi.
  • Sementara itu, Iwalokum “et al”.(2007) menyatakan bahwa“Pleurotus ostreatus” yang mengandung triterpenoid, tanin, dan steroids glikosida dapat berperan sebagai antioksidan dan antimikroba.
Beberapa vitamin dan zat-zat gizi lain yang terdapat pada makanan, sayuran dan buah-buahan telah banyak dikenal sebagai antoksidan yang berperan sebagai antioksidan sekunder.
Antioksidan sintetik
            Antioksidan sintetik adalah antioksidan yang diperoleh dari hasil sintesis reaksi kimia. Contoh antioksidan jenis ini seperti : Butil Hidroksi Anisol (BHA), Butil Hidroksi Toluen (BHT), propil galat, Tert-Butil Hidoksi Quinon (TBHQ) dan tokoferol. Antioksidan tersebut merupakan antioksidan alami yang telah diproduksi secara sintetis untuk tujuan komersial (Wini, 2003).
Penggolongan Antioksidan berdasarkan mekanisme kerjanya
Antioksidan primer
Antioksidan primer berperan untuk mencegah pembentukan radikal bebas baru dengan memutus reaksi berantai dan mengubahnya menjadi produk yang lebih stabil dan kurag berdampak negatif, Antioksidan primer dapat diproduksi oleh tubuh kita sendiri, hanya sayang dengan adanya pertambahan usia, produksi dan kualitas antioksidan yang diproduksi tubuh, akan berkurang.
Contoh: enzim superoksida dimustase (SOD), katalase, glutation peroksidase (GPx) dan Protein pengikat logam.
Antioksidan Sekunder (Antioksidan preventif)
Antioksidan sekunder berfungsi mengkhelat logam yang bertindak sebagai pro-oksidan, menangkap senyawa radikal serta mencegah dan mengurangi laju terjadinya reaksi berantai.
Contoh; vitamin E, Vitamin C, dan β-karoten.
Antioksidan Tersier
Antioksidan tersier berfungsi memperbaiki kerusakan sel dan jaringan yang disebabkan oleh radikal bebas. Contoh: enzim yang memperbaiki DNA pada inti sel adalah metionin sulfoksida reduktase. 
Vitamin A (betakaroten)
Merupakan salah satu jenis vitamin larut dalam lemak yang berperan penting dalam pembentukan sistem penglihatan yang baik. Terdapat beberapa senyawa yang digolongkan ke dalam kelompok vitamin A, antara lain retinolretinil palmitat, dan retinil asetat. Akan tetapi, istilah vitamin A seringkali merujuk pada senyawa retinol dibandingkan dengan senyawa lain karena senyawa inilah yang paling banyak berperan aktif di dalam tubuh. Rumus kimia untuk Vitamin A adalah C20H30O.
Vitamin A berperan dalam Penglihatan karena mengandung retinol dan rodopsin senyawa retinol akan membentuk kompleks pigmen yang sensitif terhadap cahaya untuk mentransmisikan sinyal cahaya ke otak, Meningkatkan sistem imun karena dapat meningkatkan kerja Leukosit dan antibodi, dan sebagai Antioksidan karena mengandung beta karoten.
Vitamin A sebagai antioksidan karena Beta karoten, salah satu bentuk vitamin A, merupakan senyawa dengan aktivitas antioksidan yang mampu menangkal radikal bebas. B-karoten merupakan salah satu senyawa antioksidan alami. Antioksidan berfungsi sebagai quencher singlet oksigen, dan penangkal radikal bebas. Ini tidak hanya terjadi dalam sistem fotosintesis tumbuhan, tetapi juga dalam tubuh manusia maupun hewan. Singlet oksigen adalah tingkat tenaga molekul O2 yang sangat reaktif, dapat menginisiasi peroksida lipid hingga terjadi reaksi berantai radikal bebas yang dapat mengoksidasi komponen sel lain, seperti protein dan DNA. Contoh yang sederhana kerusakan-kerusakan ini memicu penuaan dini pada manusia. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa singlet oksigen yang berbahaya ini dapat di non-aktifkan oleh B-karoten. Selain itu, B-karoten juga mampu bereaksi dengan radikal bebas (R.) dengan proses transfer muatan (elektron). Pada reaksi ini akan diperoleh radikal bebas dari B-karoten yang relatif lebih stabil dan tidak memiliki energi yang cukup untuk dapat bereaksi dengan molekul lain membentuk radikal baru (Britton, 1995 ; Gordon, 1990). B-karoten (H) + R. è B-karoten. + RH . Selain itu Vitamin A juga menjamin perkembangan kulit yang sehat, membran mukosa, kelenjar thymus dan jaringan lymphoid, dan semua hal yang berhubungan dengan sistem kekebalan tubuh. 
Sumber : Wortel, brokoli, sayur hijau, bayam, labu, hati, kentang, telur, aprikot, mangga, buah-buahan berwarna cerah, susu dan ikan.
Vitamin C
            Vitamin C adalah nutrien dan vitamin yang larut dalam air dan penting untuk kehidupan serta untuk menjaga kesehatan. Vitamin ini juga dikenal dengan nama kimia dari bentuk utamanya yaitu asam askorbat. Vitamin C dikenal sebagai antioksidan terlarut air paling dikenal, vitamin C juga secara efektif memungut formasi ROS dan radikal bebas (Frei 1994).
Vitamin C mampu menghilangkan senyawa oksigen reaktif di dalam sel netrofil, monosit, protein lensa dan retina. Juga dapat bereaksi dengan Fe-ferritin. Di luar sel, Vitamin C mampu menghilangkan senyawa oksigen reaktif, mencegah LDL teroksidasi, mentransfer elektron ke dalam tokoferol teroksidasi dan mengabsorpsi logam dalam saluran cerna.
Sebagai antioksidan, Vitamin C dapat langsung bereaksi dengan anion superoksida, radikal hidroksil, oksigen singlet dan lipid peroksida. Sebagai reduktor vitamin c akan mendonorkan satu elektron membentuk semidehidroaskorbat yang tidak bersifat reaktif dan selanjutnya mengalami reaksi disproporsionasi membentuk dehidroaskorbat yang bersifat tidak stabil. Dehidroaskorbat akan terdegradasi membentuk asam oksalat dan asam treonat.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj_1qUWxiDn-w1h-vjIT3UCiJMMCjV5CsBdCYeHehnF7wqSYMSUKYTOJWMhuqKrQ_SQNhMLXaPy_zjMNAgERnbKJYXsQvhYyGPALIi6yBxcq2I5b5yhuHda6HpMyOnVcN3f7sjPrVmOlHMb/s400/Graphic9.jpg
No.1 menunjukkan reaksi asam askorbat dengan superoksida
No.2 menunjukkan reaksi dengan hidrogen peroksida dikatalisis oleh enzim askorbat peroksidase 
Askorbat dapat langsung menangkap radikal bebas oksigen, baik dengan atau tanpa katalisator enzim. Secara tidak langsung askorbat dapat meredam aktivitas dengan mengubah tokoferol tereduksi.
Vitamin E
Vitamin E atau tekoferol merupakan zat gizi yang penting dan unik. Penting karena vitamin ini mempunyai sifat antioksidan sehingga dapat menghambat terjadinya penyakit degeneratif. Disebut unik, karena vitamin ini dimasukan dalam kelompok vitamin, walaupun sebenarnya tidak mempunyai fungsi sebagai kofaktor untuk lazimnya fungsi vitamin umumnya.
            Vitamin E bekerja sebagai antioksidan karena ia mudah teroksidasi. Dengan demikian dapat melindungi senyawa lain dari oksidasi. Karena fungsinya sebagai antioksidan inilah, vitamin E merupakan pertahanan utama melawan oksigen perusak, lipid perosida, dan radikal bebas serta menghentikan reaksi berantai dari radikal bebas.
            Pada sel membran, vitamin E akan mencegah oksidasi lemak khususnya Poly Unsaturated Fatty Acid (PUFA), serta senyawa lain seperti melindungi bagian metabolik yang akan mentransformasi bahan bakar energi ke dalam ATP.
            Dalam jaringan lemak tubuh antioksidan dari vitamin E menyerang lipid peroksida yang merupakan hasil dari reaksi antara lipid dan radikal bebas. Lipid peroksida dianggap berbahaya karena dicurigai sebagai penyebab penyakit degeneratif.
            Dengan adanya sifat antioksidan dari vitamin E, sel dan komponen tubuh yang lain akan melindungu dari serangan radikal bebas dan menghentikan reaksi berantai atau oksidasi merusak. Selain itu vitamin E akan mencegah kerusakan DNA yang menyebabkan mutasi, mempertahankan LDL, dan unsur tubuh yang kaya lemak melawan oksidasi.
Sumber : Asparagus, alpukat, buah zaitun, bayam, kacang kacangan, biji bijian, gandum, minyak sayur, sereal.
Kombinasi antioksidan
Antioksidan bekerja sebagai sebuah sistem untuk menghentikan kerusakan akibat radikal bebas. Oleh karena itu, para ahli nutrisi menyarankan agar kita sering mengonsumsi produk yang mengandung banyak variasi antioksidan, kombinasi vitamin, mineral, dan zat berkhasiat lainnya.
Meskipun diketahui bersifat baik, antioksidan yang berlebihan juga dapat berbahaya bagi tubuh. Sebuah penelitian menemukan bahwa beta karoten berlebihan justru bisa meningkatkan risiko kanker paru-paru, terutama pada perokok atau orang yang telah terpapar asbestos.Vitamin C yang berlebihan akan berpotensi menjadi vitamin C radikal yang bersifat radikal bebas, sehingga glutation tidak cukup untuk menetralkannya. Selain itu, kelebihan vitamin C (sintetis) akan membuat ginjal bekerja semakin keras.
Begitu juga dengan vitamin E. Sebuah teori menyatakan bahwa kelebihan vitamin E dapat mengganggu proses pembekuan darah. Selain itu, vitamin E juga dapat terakumulasi dalam jaringan tubuh yang mangandung lemak (misalnya organ hati) dan berpotensi dapat meracuninya.





BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
            Dapat ditarik kesimpulan dari pembahasan tersebut ialah Antioksidan merupakan senyawa yang sangat dibutuhkan tubuh dalam melawan radikal bebas. Antioksidan sendiri bekerja dengan menambah atom Hidrogen atau dengan memperlambat laju autooksidasi.
            Vitamin A,C, dan E merupakan salah satu sumber Antioksidan. Vitamin A (betakaroten) sendiri berperan dalam menon-aktifkan singlet oksigen. Vitamin C sendiri berperan dalam imunitas dan sebagai penetral radikal bebas tersebaut. Sedangkan Vitamin E berperan melindungi senyawa lain dari oksidasi. Adapun Vitamin – vitamin tersebut terdapat pada buah dan sayur.
            Meskipun antioksidan itu penting, akan tetapi kelebihan antioksidan dapat menyebabkan antioksidan itu seniri menjadi radikal bebas.
Saran
            Dari penulisan ini kami memiliki saran agar masyarakat lebih sadar akan adanya radikal bebas di lingkungan sekitar dengan menkonsumsi buah dan sayur yang mengandung antioksidan secukupnya, dan tentunya agar mahasiswa dapat lebih memahami Antioksidan itu sendiri, karena aktivitas kuliah yang begitu sibuk bagaimana dalam menkonsumsi vitamin vitamin.







                                         DAFTAR PUSTAKA             

Lamid, Astuti, Maret 1995, "Vitamin E sebagai Antioksidan". e-Journal Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Volume 05, No. 1, http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/MPK/article/view/701/0, 03 November 2013.



ELEKTROKARDIOGRAM PADA HEWAN BESAR


.


ELEKTROKARDIOGRAM PADA HEWAN BESAR

aaaaaUDAYANA











Oleh :
KELOMPOK 1
I GEDE PUTU ALIT ANGGARA PUTRA     1309005022
MUHAMAD NASIR                                            1309005023
I MADE AGUS SURYANATHA                      1309005030
I KETUT ASTAWA                                            1309005032



FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
JURUSAN KEDOKTERAN HEWAN / SEMESTER  I
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
 2013/2014
BAB I
 PENDAHULUAN

Latar Belakang
            Elektrokardiogram merupakan alat yang terkait dalam pengukuran denyut jantung. Dalam ilmu veteriner elektrokardiogram sanglatlah berguna dalam praktek nantinya sebagai seorang dokter hewan jadi sangat perlu untuk dipelajari. Selain itu pengukuran EKG ini juga dapat menentukan sehat tidaknya seekor hewan.
            Dalam dunia peternakan kita mengenal 2 jenis hewan menurut ukuran tubuhnya ada yang dikategorikan sebagai hewan kecil dan juga hewan besar. Hewan kecil seperti Anjing, Kucing dll.  Hewan besar disini sendiri umumnya dikenal seperti Sapi, Kuda, Kerbau dll. Hewan besar disini biasanya banyak dimanfaatkan untuk diternakan jarang digunakan sebagai hewan peliharaan. Nah tentunya pengukuran EKG pada hewan besar berguna dalam diagnosis penyakit maupun dalam pasca ternak atau pemotongan.
            Setiap hewan tentunya memiliki grafik EKG dan jumlah denyut jantung yang berbeda beda, Nah disini kami akan membahas tentang EKG pada Hewan besar.

Rumusan Masalah
            Dari Latar belakang tersebut kami dapatkan rumusan masalah sebagai berikut :
·         Apakah EKG itu dan apa pentingnya ?
·         Bagaimanakah pengukuran EKG itu sendiri ?
·         Bagaimanakah EKG pada hewan besar (disini kami menggunakan contoh kuda) ?

Tujuan
Dari rumusan masalah diatas kami dapat menentukan tujuan dari penulisan ini sebagai berikut :
·         Agar dapat mengetahui apa itu EKG secara lebih lengkapnya.
·         Agar mengetahui secara sekilas pengukuran dari EKG.
·         Untuk mengetahui bagaimana EKG pada hewan besar itu sendiri.























BAB II
PEMBAHASAN

Pengertian EKG
Elektrokardiogram (EKG) adalah grafik yang dibuat oleh sebuah elektrokardiograf, yang merekam aktivitas kelistrikan jantung dalam waktu tertentu. Namanya terdiri atas sejumlah bagian yang berbeda: elektro, karena berkaitan dengan elektronika, kardio, kata Yunani untuk jantung, gram, sebuah akar Yunani yang berarti “menulis”. Analisis sejumlah gelombang dan vektor normal depolarisasi dan repolarisasi menghasilkan informasi diagnostik yang penting.
Elektrokardiogram tidak menilai kontraktilitas jantung secara langsung. Namun, EKG dapat memberikan indikasi menyeluruh atas naik-turunnya suatu kontraktilitas.
Sejarah EKG
            Pada tahun 1872 di St. Bartholomew’s Hospital seorang mahasiswa bernama Alexander Muirhead menghubungkan kabel ke pergelangan tangan pasien yang sakit untuk memperoleh rekaman detak jantung pasien. Aktivitas ini direkam secara langsung dan divisualisasikan menggunakan elektrometer kapiler Lippmann oleh seorang fisiolog Britania bernama John Burdon Sanderson.
Orang pertama yang mengadakan pendekatan sistematis pada jantung dari sudut pandang listrik adalah Augustus Waller, yang bekerja di St. Mary’s Hospital di Paddington, London. Mesin elektrokardiografnya terdiri atas elektrometer kapiler Lippmann yang dipasang ke sebuah proyektor. Jejak detak jantung diproyeksikan ke piringan foto yang dipasang ke sebuah kereta api mainan. Hal ini memungkinkan detak jantung untuk direkam dalam waktu yang sebenarnya. Pada tahun 1911 ia masih melihat karyanya masih jarang diterapkan secara klinis.
Sehingga muncullah gebrakan baru yang bermula saat seorang dokter Belanda kelahiran Kota Semarang, Hindia Belanda bernama Willem Einthoven, yang bekerja di Leiden, Belanda, ia menggunakan galvanometer senar yang ditemukannya pada tahun 1901, yang lebih sensitif daripada elektrometer kapiler yang digunakan Waller.

Einthoven menuliskan huruf P, Q, R, S dan T ke sejumlah defleksi, dan menjelaskan sifat-sifat elektrokardiografi sejumlah gangguan kardiovaskuler. Pada tahun 1924, ia dianugerahi Penghargaan Nobel dalam Fisiologi atau Kedokteran untuk penemuannya.
Meski prinsip dasar masa itu masih digunakan sekarang, sudah banyak kemajuan dalam elektrokardiografi selama bertahun-tahun. Sebagai contoh, peralatannya telah berkembang dari alat laboratorium yang susah dipakai ke sistem elektronik padat yang sering termasuk interpretasi elektrokardiogram yang dikomputerisasikan.
Kegunaan dan Keuntungan menggunakan EKG
-          Merupakan standar emas untuk diagnosis aritmia jantung
-          EKG memandu tingkatan terapi dan risiko untuk pasien yang dicurigai ada infark otot jantung akut
-          EKG membantu menemukan gangguan elektrolit (mis. hiperkalemia dan hipokalemia
-          EKG memungkinkan penemuan abnormalitas konduksi (mis. blok cabang berkas kanan dan kiri)
-          EKG digunakan sebagai alat tapis penyakit jantung iskemik selama uji stres jantung
-          EKG kadang-kadang berguna untuk mendeteksi penyakit bukan jantung (mis. emboli paru atau hipotermia
Sifat EKG
Gelombang yg timbul akibat depolarisasi dan repolarisasi miokardium akan direkam pada kertas EKG. Glb tsb mpy 3 sifat :
-          Durasi,  diukur dalam seperbagian detik (waktu)
-          Amplitudo, diukur dalam millivolts (mV) (voltage)
-          Konfigurasi, criteria subjektif sehubungan dg bentuk dan gambaran sebagi gelombang.
Bagian dari alat EKG
-           4 (empat) buah sadapan ekstremitas, yaitu;
Tangan kiri (LA)
Tangan kanan (RA)
Kaki kiri (LL)
Kaki kanan (RL)
-          6 (enam)  buah sadapan dada yaitu V1, V2, V3, V4, V5, V6
-          Kabel sadapan yang terdiri dari 10 elektroda (4 buah unruk elektroda ekstremitas, dan 6 buahuntuk elektroda dada)
-          Kertas grafik EKG
Kertas perekam EKG
http://sandurezu.files.wordpress.com/2011/11/ss.png?w=600
Kertas EKG
  • Merupakan segulungan kertas grafik panjang kontinu dg garis2 tebal dan tipis vertical dan horizontal. Garis tipis membatasi kotak2 kecil seluas 1 mm X 1mm; garis tebal membatasi kotak2 besar seluas 5 mm X 5 mm.
  • Sumbu horizontal mengukur waktu. Jarak satu kotak kecil adalah 0,04 detik. Jarak satu kotak besar adalah 5 kali lebih besar atau 0,2 detik.
  • Sumbu vertical mengukur voltage. Jarak satu kotak kecil adalah sebesar 0,1 mV, dan satu kotak besar adalah sebesar 0,5 mV.
Lokasi Pemasangan Elektroda
  • Sadapan V1 ditempatkan di ruang intercostal IV di kanan sternum.
  • Sadapan V2 ditempatkan di ruang intercostal IV di kiri sternum.
  • Sadapan V3 ditempatkan di antara sadapan V2 dan V4.
  • Sadapan V4 ditempatkan di ruang intercostal V di linea (sekalipun detak apeks berpindah).
  • Sadapan V5 ditempatkan secara mendatar dengan V4 di linea axillaris anterior.
  • Sadapan V6 ditempatkan secara mendatar dengan V4 dan V5 di linea midaxillaris.
Gelombang EKG
http://sandurezu.files.wordpress.com/2011/11/asdf.png?w=600Gelombang EKG
Sinyal EKG terdiri dari 4 jenis :
1. GELOMBANG P : Rekaman depolarisasi di miokardium atrium sejak dari awal sampai akhir. Oleh karena SA node terletak di atrium kanan, otomatis atrium kanan lebih dulu terdepolarisasi daripada atrium kiri. Shg bagian gel.P pertama menunjukkan depolarisasi atrium kanan, dan bagian yang kedua menunjukkan depolarisasi atrium kiri.
2. KOMPLEKS QRS : merupakan rekaman depolarisasi di ventrikel sejak dari awal sampai akhir. Amplitudo kompleks QRS jauh lebih besar dari gelombang P, sebab ventrikel jauh lebih besar daripada atrium.
Bagian-bagian kompleks QRS :
Penamaannya :
  1. Kalau defleksi (letupan) pertama ke bawah, disebut gelombang Q
  2. Kalau defleksi pertama ke atas, disebut gelombang R
  3. Kalau ada defleksi ke atas kedua, disebut gelombang R’ (R-pelengkap = R-prime)
  4. Defleksi ke bawah pertama setelah defleksi ke atas, disebut gelombang S
Arti penamaan
Kompleks QRS biasanya digambarkan dalam EKG sebanyak 3 defleksi, namun ada juga yang 2 defleksi saja.
  1. Defleksi pertama menggambarkan peristiwa depolarisasi septum interventrikulareoleh fasikulus septal dari cabang kiri berkas.
  2. Defleksi kedua dan ketiga menggambarkan depolarisasi ventrikel kiri dan kanan.
3. GELOMBANG T : Rekaman repolarisasi ventrikel dari awal sampai akhir. Catt: sebenarnya juga ada glb.repolarisasi atrium, namun timbulnya bertepatan dengan depolarisasi ventrikel dan tertutup oleh kompleks QRS yang lebih mencolok.
4. GELOMBANG U : Perpanjangan gelombang T yang menunjukkan repolarisasi ventrikel dari awal sampai akhir. Gelombang ini kadang ada kadang tidak. Hanya muncul sewaktu waktu dan tidak memberikan kelainan klinis, namun bisa terdapat pada keadaan patologis.
Garis EKG
Ada 2 jenis penamaan : interval dan segmen.
interval : paling sedikit mencakup satu gelombang ditambah garis lurus penghubungnya.
segmen : garis lurus yang menghubungkan 2 gelombang.
  1. Interval PR/PQ = gelombang P + garis lurus yang menghubungkannya dg kompleks QRS. Fungsi : mengukur waktu dari permulaan depolarisasi atrium sampai pada mulainya depolarisasi ventrikel.
  2. Segmen PR/PQ = garis di antara gelombang P dengan kompleks QRS, menunjukkan waktu akhir depolarisasi atrium sampai mulainya depolarisasi ventrikel (ventrikel aktif).
  3. Segmen ST = garis lurus dari akhir kompleks QRS dg bagian awal glb.T. Fungsi : mengukur waktu antara akhir depolarisasi ventrikel sampai pada mulainya repolarisasi ventrikel.
  4. Garis Isoelektrik = garis lurus yang sejajar dengan segmen PQ dengan segmen ST. Jika Segmen ST di atas garis isoelektrik disebut ST elevasi, jika di bawah disebut ST depresi.
  5. Interval QT = meliputi kompleks QRS, segmen ST dan gelombang T. Fungsi : mengukur waktu dari permulaan depolarisasi ventrikel sampai akhir repolarisasi ventrikel.
  6. Interval QU = meliputi kompleks QRS, segmen ST, gelombang T dan U. Fungsi : mengukur waktu dari permulaan depolarisasi ventrikel sampai akhir repolarisasi ventrikel (akhir gelombang U).
http://sandurezu.files.wordpress.com/2011/11/new-picture-4.png?w=600

Hewan Besar merupakan hewan peternakan biasanya seperti Kuda, Sapi, Kerbau dll. Setiap hewan memiliki jumlah denyut jantung yang berbeda beda adapun yang mempengaruhi hal tersebut :
Faktor yang mempengaruhi kerja denyut jantung adalah sebagai berikut :
-          Aktivitas dan faktor yang mempengaruhi denyut jantung bertambah lambat setelah dalam keadaan tenang.
-          Ukuran dan umur, dimana spesies yang lebih besar cenderung mempunyai denyut jantung yang lebih lambat.
-          Cahaya, pada keadaan gelap denyut jantung mengalami penurunan sedangkan pada keadaan terang denyut jantung mengalami peningkatan.
-          Temperatur, denyut jantung akan bertambah tinggi apabila suhu meningkat. Pada lingkungan dengan suhu tinggi akan meningkatkan metabolisme dalam tubuh sehingga laju respirasi meningkat dan berdampak pada peningkatan denyut jantung.
-          Obat-obat (senyawa kimia), zat kimia menyebabkan aktivitas denyut jantung menjadi tinggi atau meningkat.
Tempat untuk meletakan Lead
Tempat untuk penempatan Lead untuk mendapatkan elektrokardiogram base - apex (A dan B) dan elektrokardiogram lengkap (C dan D) pada kuda.
















Penempatan elektroda lengkap 12 sadapan EKG
Lead I : LA - RA :
Kiri kaki depan ( lengan kiri ) elektroda ( + ) ditempatkan tepat di bawah titik siku di bagian belakang lengan bawah kiri - kaki depan kanan ( lengan kanan ) elektroda ( - ) ditempatkan tepat di bawah titik siku di bagian belakang sebelah kanan lengan .
 normal EKG
Lead II : LL - LA
Kiri hindleg ( kaki kiri ) elektroda ( + ) ditempatkan pada kulit longgar di bagian kiri menahan di wilayah patella - kaki depan kiri ( lengan kiri ) elektroda ( - ) ditempatkan tepat di bawah titik siku di bagian belakang sebelah kiri lengan .
 normal EKG
Lead III : LL - RA :
Kiri hindleg ( kaki kiri ) elektroda ( + ) ditempatkan pada kulit longgar di bagian kiri menahan di wilayah patella - kaki depan kanan ( lengan kanan ) elektroda ( - ) ditempatkan tepat di bawah titik siku di bagian belakang sebelah kanan lengan .
 normal EKG

aVR : RA - CT :
Kanan kaki depan ( lengan kanan ) elektroda ( + ) ditempatkan tepat di bawah titik siku di bagian belakang lengan bawah kanan - pusat listrik jantung atau terminal pusat x 3 /2; kaki depan kiri dan kaki kiri belakang ( - ) .
 normal EKG
aVL : LA - CT :
Kiri kaki depan ( lengan kiri ) elektroda ( + ) ditempatkan tepat di bawah titik siku di bagian belakang lengan bawah kiri - pusat listrik jantung atau terminal pusat x 3 /2; kaki depan kanan dan kaki kiri belakang ( - ) .
 normal EKG
aVF : LL - CT :
Kiri hindleg ( kaki kiri ) elektroda ( + ) ditempatkan pada kulit longgar di bagian kiri menahan di wilayah patella - pusat listrik jantung atau terminal pusat x 3 /2; kaki depan kanan dan kaki depan kiri ( - ) .
 normal EKG
CV6LL : V1 - CT :
Elektroda V1 ( + ) ditempatkan di ruang intercostal 6 pada sisi kiri dada sepanjang garis yang sejajar dengan tingkat titik siku - pusat listrik jantung ( terminal pusat) .
 normal EKG
CV6LU : V2 - CT :
Elektroda V2 ( + ) ditempatkan di ruang intercostal 6 pada sisi kiri dada sepanjang garis yang sejajar dengan tingkat titik bahu - pusat listrik jantung ( terminal pusat) .
 normal EKG
V10 : V3 - CT :
V3 elektroda ( + ) ditempatkan di atas tulang belakang dada dorsal T7 pada withers - pusat listrik jantung . Tulang belakang dorsal T7 terletak pada garis melingkari dada di ruang intercostal 6 ( terminal sentral ) .
 normal EKG
CV6RL : V4 - CT :
Elektroda V4 ( + ) ditempatkan di ruang intercostal 6 pada sisi kanan dada di sepanjang garis yang sejajar dengan tingkat titik siku - pusat listrik jantung ( terminal pusat) .
 normal EKG
CV6RU : V5 - CT :
V5 elektroda ( + ) ditempatkan di ruang intercostal 6 pada sisi kanan dada di sepanjang garis yang sejajar dengan tingkat titik bahu - pusat listrik jantung ( terminal pusat) .

Basis - apex : LA - RA
Kiri kaki depan ( lengan kiri ) elektroda ( + ) ditempatkan di ruang intercostal 6 pada sisi kiri dada sepanjang garis yang sejajar dengan tingkat titik siku - kaki depan kanan ( lengan kanan ) elektroda ( + ) ditempatkan pada atas scapular tulang belakang kanan atau atas alur jugularis kanan.
 normal EKG
Cara Menentukan Denyut Jantung
Jika jarak teratur, menghitung jumlah "kotak kecil" dari awal satu QRS ke awal kompleks QRS berikutnya. Bagilah jumlah "kotak kecil" (yang masing-masing mewakili 0,04 detik) menjadi 1500 untuk mendapatkan denyut jantung denyut per menit.

Jika jarak yang tidak teratur, menghitung jumlah kompleks QRS, mulai di salah satu kompleks QRS ke awal kompleks QRS terakhir dalam 30 kotak besar (yang masing-masing mewakili 0,2 detik) dan kalikan dengan 10 untuk mendapatkan denyut jantung denyut / menit .
Pemeriksaan EKG pada Kuda KPI
Perekaman EKG dilakukan dengan kecepatan kertas 25 mm/detik dengan standar defleksi/sensitivitas 1 mV = 10 mm atau 10 mm/mv (Picione 2003; Rose dan Hudgson  2000).  Pemeriksaan EKG diawali dengan pencukuran rambut dengan  clipper dan pemberian gel EKG di area pemasangan lead elektroda. Lead merah dipasang di bahu kanan depan, lead kuning dipasang di bahu kiri depan, lead hitam dipasang di dada kanan dan lead hijau dipasang di dada kiri (Gambar 6). Penilaian hasil EKG dilakukan dengan mengamati denyut jantung, irama/ritme gelombang, sumbu/axis, adanya tanda hipertrofi dan tanda iskemik/infark (Wijaya 1990; Rose dan Hudgson  2000). Evaluasi EKG diawali dengan pengamatan ada tidaknya kompleks QRS dan gelombang T yang mengikuti gelombang P kemudian dilanjutkan pada pengukuran interval/durasi dan amplitudo setiap gelombang (Rose dan Hudgson  2000). Durasi dan amplitudo gelombang P, durasi interval P-Q, durasi dan amplitudo kompleks QRS, durasi gelombang T, serta durasi interval Q-T perlu diamati dan dibandingkan dengan pustaka (Picione 2003).  
Penilaian hasil EKG dilakukan dengan mengamati denyut jantung, irama/ritme gelombang, sumbu/axis, adanya tanda hipertrofi dan tanda iskemik/infark.
Evaluasi EKG diawali dengan pengamatan ada tidaknya kompleks QRS dan gelombang T yang mengikuti gelombang P kemudian dilanjutkan pada pengukuran interval/durasi dan amplitudo setiap gelombang. Durasi dan amplitudo gelombang P, durasi interval P-Q, durasi dan amplitudo kompleks QRS, durasi gelombang T, serta durasi interval Q-T perlu diamati dan dibandingkan dengan pustaka.
            Adapun rata rata jumlah denyut jantung Kuda 22 – 44 kali/menit sedangkan pada Sapi sekitar 60 – 70 kali/menit.












BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
            Dapat ditarik kesimpulan dari pembahasan tersebuat ialah EKG adalah grafik yang menunjukan keistrikan jantung. EKG sangat berguna dalam beberapa diagnosa selain itu EKG juga dibagi menjadi 4 bagian yaitu sadappan exstremitas, sadapan dada, kabel sadapan dan kertas EKG. Pembacaan EKG dilakukan bersasarkan grafik P,QRS,T,U.
            EKG pada Kuda dapat tempatkan di bagian dada dan bahu kuda sesuai warna yaitu Lead merah dipasang di bahu kanan depan, Lead kuning dipasang di bahu kiri depan, lead hitam dipasang di dada kanan dan lead hijau dipasang di dada kiri.

Saran
            Dari penulisan ini kami memiliki saran agar penggunaan EKG ini sebaiknya digunakan juga dalam penyembelihan hewan hewan besar dan tentunya jurnal jurnal veteriner dapat terus ditambah, karena masih sedikitnya jurnal veteriner di Internet yang menggunakan Bahasa Indonesia.














DAFTAR PUSTAKA

repository.ipb.ac.id
http://translate.google.co.id/


view