Peranan Vitamin A, C, E Sebagai Antioksidan


.


Peranan Vitamin A, C, E Sebagai Antioksidan

aaaaaUDAYANA










Oleh :
KELOMPOK 1
I GEDE PUTU ALIT ANGGARA PUTRA     1309005022
MUHAMAD NASIR                                            1309005023
I MADE AGUS SURYANATHA                      1309005030
I KETUT ASTAWA                                            1309005032



FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
JURUSAN KEDOKTERAN HEWAN / SEMESTER  I
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
 2013/2014

BAB I
 PENDAHULUAN

Latar Belakang
            Radikal bebas adalah molekul yang kehilangan satu buah elektron dari pasangan elektron bebasnya, atau merupakan hasil pemisahan homolitik suatu ikatan kovalen. Akibat pemecahan homolitik, suatu molekul akan terpecah menjadi radikal bebas yang mempunyai elektron tak berpasangan. Elektron memerlukan pasangan untuk menyeimbangkan nilai spinnya, sehingga molekul radikal menjadi tidak stabil dan mudah sekali bereaksi dengan molekul lain, membentuk radikal baru. Radikal bebas dapat dihasilkan dari hasil metabolisme tubuh dan faktor eksternal seperti asap rokok, hasil penyinaran ultra violet, zat pemicu radikal dalam makanan dan polutan lain. Penyakit yang disebabkan oleh radikal bebas bersifat kronis, yaitu dibutuhkan waktu bertahun-tahun untuk penyakit tersebut menjadi nyata. Contoh penyakit yang sering dihubungkan dengan radikal bebas adalah serangan jantung,kanker, katarak dan menurunnya fungsi ginjal. Untuk mencegah atau mengurangi penyakit kronis karena radikal bebas diperlukan antioksidan.
            Antioksidan sendiri dapat menetralkan molekul yang kekurang elektron tersebut. Adapun sumber Antioksidan alami itu sendiri dari buah buahan dan sayur sayuran yang beberapa diantaranya mengandung vitamin A, C, atau E. Nah Seberapakah pentingnya vitamin vitamin tersebut sebagai Antioksidan ?.

Rumusan Masalah
            Dari Latar belakang tersebut kami dapatkan rumusan masalah sebagai berikut :
·         Apakah Antioksidan itu ?
·         Bagaimanakah mekanisme kerja Antioksidan itu sendiri ?
·         Bagaimanakah peran Vitamin A, C, dan E sebagai antioksidan itu sendiri ?
·         Apa sajakah sumber sumber dari Vitamin – vitamin A, C, dan E tersebut ?


Tujuan
Dari rumusan masalah diatas kami dapat menentukan tujuan dari penulisan ini sebagai berikut :
·         Agar dapat mengetahui apa itu Antioksidan dan apa pentingnya dalam tubuh.
·         Untuk mengetahui bagaimanakah mekanisme kerja Antioksidan itu sendiri.
·         Untuk mengetahui bagaimanakah peran dari Vitamin A, C, dan E sebagai Antioksidan.
·         Agar mengetahui apakah sumber sumber dari Vitamin A, C, dan E tersebut.




















BAB II
PEMBAHASAN

Antioksidan
Antioksidan adalah substansi yang dapat memberikan elektron. Fungsinya adalah melindungi tubuh dari serangan radikal bebas, dengan cara menunda, memperlambat, dan mencegah proses oksidasi. Dalam arti khusus, antioksidan adalah zat yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas dalam oksidasi lipid (Kochhar dan Rossell, 1990). Antioksidan mampu melindungi sel dari efek berbahaya radikal bebas oksigen reaktif, yang dikaitkan sebagai penyebab berbagai penyakit, seperti penyakit-penyakit degeratif, kanker dan proses penuaan dini.
Seperti diketahui bahwa radikal bebas dapat berasal dari dalam tubuh sebagai hasil dari metabolisme tubuh, juga dapat berasal dari faktor eksternal, seperti asap rokok, polutan dan sebagainya. Radikal bebas adalah spesies yang tidak stabil, karena memiliki elektron yang tidak berpasangan, sehingga akan berusaha untuk mencari pasangan elektron dari molekul atau sel yang lain. Protein lipida dan DNA dari sel manusia sehat merupakan sumber pasangan elektron yang baik.Ketika antioksidan menyerang radikal bebas, antioksidan dan radikal bebas akan saling berikatan. Selanjutnya terbentuk radikal bebas yang baru, yang relatif lemah dan tidak membahayakan.

Mekanisme kerja antioksidan
Antioksidan memiliki dua fungsi. Fungsi pertama merupakan fungsi utama dari antioksidan yaitu sebagai pemberi atom hidrogen. Antioksidan (AH) yang mempunyai fungsi utama tersebut sering disebut antioksidan primer. Senyawa ini dapat memberikan atom hidrogen secara cepat ke radikal lipida (R*, ROO*) atau mengubahnya ke bentuk lebih stabil, sementara turunan radikal antioksidan (A*) tersebut memiliki keadaan lebih stabil dibanding radikal lipida.
Fungsi kedua merupakan fungsi sekunder antioksidan, yaitu memperlambat laju autooksidasi dengan berbagai mekanisme diluar mekanisme pemutusan rantai autooksidasi, dengan mengubah radikal lipida ke bentuk lebih stabil (Gordon,1990).
Penambahan antioksidan (AH) primer dengan konsentrasi rendah pada lipida dapat menghambat atau mencegah reaksi autooksidasi lemak dan minyak. Penambahan tersebut dapat menghalangi reaksi oksidasi pada tahap inisiasi maupun propagasi (lihat gambar 1). Radikal-radikal antioksidan (A*) yang terbentuk pada reaksi tersebut relatif stabil dan tidak mempunyai cukup energi untuk dapat bereaksi dengan molekul lipida lain membentuk radikal lipida baru (Gordon, 1990).

Inisiasi : R* + AH ———-> RH + A*
Radikal lipida
Propagasi : ROO* + AH ——-> ROOH + A*
Gambar 1. Reaksi Penghambatan antioksidan primer terhadap radikal lipida (Gordon 1990)
Besar konsentrasi antioksidan yang ditambahkan dapat berpengaruh pada laju oksidasi. Pada konsentrasi tinggi, aktivitas antioksidan grup fenolik justru sering lenyap, bahkan antioksidan tersebut menjadi prooksidan (Gambar 2). Pengaruh jumlah konsentrasi pada laju oksidasi tergantung pada struktur antioksidan, kondisi dan sampel yang akan diuji.

AH + O2 ———–> A* + HOO*
AH + ROOH ———> RO* + H2O + A*
Gambar 2. Antioksidan bertindak sebagai prooksidan pada konsentrasi tinggi (Gordon 1990)
Ong et al. (1995), menyatakan bahwa mekanisme kerja antioksidan dalam tingkat selular antara lain sebagai berikut:
- antioksidan yang berinteraksi langsung dengan oksidan, radikal bebas, atau oksigen tunggal
- mencegah pembentukan jenis oksigen reaktif
- mengubah jenis oksigen rekatif menjadi kurang toksik
- mencegah kemampuan oksigen reaktif
- memperbaiki kerusakan yang timbul. 

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh5635AR7hHEtihPJekZekUFVyCbvOlGFVNlVIi4qtbwHh5rlEvPTxT0NjHTBSIbX3FK84yts1Z3FJRXnQU6gbxoTsqE3-jE8EyZksdODCYmLb1KVA1ek_jx1q71vSOK4cwIHq-5-OV_CQ/s1600/antioxidant_diag.gif

Komponen kimia yang berperan sebagai antioksidan adalah senyawa golongan fenolik dan polifenolik. Senyawa-senyawa golongan tersebut banyak terdapat di alam, terutama pada tumbuh-tumbuhan, dan memiliki kemampuan untuk menangkap radikal bebas. Sedangkan antioksidan yang banyak ditemukan pada bahan pangan, antara lain vitamin E, vitamin C, dan karotenoid.2.
Penggolongan Antioksidan berdasarkan sumbernya
Sumber-sumber antioksidan dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu antioksidan alami yaitu antioksidan hasil ekstraksi bahan alami dan antioksidan sintetik yaitu antioksidan yang diperoleh dari hasil sintesa reaksi kimia.
Antioksidan alami
Antioksidan alami biasanya lebih disukaii, karena tingkat keamanan yang lebih baik dan manfaatnya yang lebih luas dibidang makanan, kesehatan dan kosmetik. Antioksidan alami yang terdapat di dalam makanan dapat berasal dari 
  • senyawa antioksidan yang sudah ada dari satu atau dua komponen makanan
  • senyawa antioksidan yang terbentuk dari reaksi-reaksi selama proses pengolahan
  • senyawa antioksidan yang diisolasi dari sumber alami dan ditambahkan ke makanan sebagai bahan tambahan pangan(Pratt, 1992).
Senyawa antioksidan yang diisolasi dari sumber alami, pada umumnya berasal dari tumbuhan. Kingdom tumbuhan, Angiosperm memiliki kira-kira 250.000 sampai 300.000 spesies dan dari jumlah ini kurang lebih 400 spesies yang telah dikenal dapat menjadi bahan pangan manusia. Antioksidan alami banyak didapatkan pada sayuran, buah-buahan dan tumbuhan berkayu yang tersebar di beberapa bagian tanaman, seperti pada kayu, kulit kayu, akar, daun, buah, bunga, biji dan serbuk sari (Pratt,1992). 
Senyawa antioksidan alami yang terdapat pada tumbuhan, umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa golongan flavonoid, turunan asam sinamat, kumarin, tokoferol dan asam-asam organik polifungsional. Golongan flavonoid yang memiliki aktivitas antioksidan meliputi flavon, flavonol, isoflavon, kateksin, flavonol dan kalkon, sedangkan pada turunan asam sinamat meliputi asam kafeat, asam ferulat, asam klorogenat, dan lain-lain.
Metabolit sekunder dalam tumbuhan yang berasal dari golongan alkaloid, flavonoid, saponin, kuinon, tanin, steroid/ triterpenoid.

Berikut adalah hasil beberapa penelitian dalam upaya mendapatkan sumber-sumber antioksidan alami:
  • Quezada et al. (2004) menyatakan bahwa fraksi alkaloid pada daun “Peumus boldus” dapat berperan sebagai antioksidan.
  • Zin “et al”. (2002) menyatakan bahwa golongan senyawa yang aktif sebagai antioksidan pada batang, buah, dan daun mengkudu berasal dari golongan flavonoid.
  • Gingseng dinyatakan memiliki manfaat sebagai antioksidan, antidiabetes, antihepatitis, antistres, dan antineoplastik, juga mengandung saponin glikosida (steroid glikosida).
  • Uji aktivitas antioksidan yang dilakukan pada daun “Ipomea pescaprae” menunjukkan keberadaan senyawa kuinon, kumarin, dan furanokumarin.
  • Tanin yang banyak terdapat pada teh dipercaya memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi.
  • Sementara itu, Iwalokum “et al”.(2007) menyatakan bahwa“Pleurotus ostreatus” yang mengandung triterpenoid, tanin, dan steroids glikosida dapat berperan sebagai antioksidan dan antimikroba.
Beberapa vitamin dan zat-zat gizi lain yang terdapat pada makanan, sayuran dan buah-buahan telah banyak dikenal sebagai antoksidan yang berperan sebagai antioksidan sekunder.
Antioksidan sintetik
            Antioksidan sintetik adalah antioksidan yang diperoleh dari hasil sintesis reaksi kimia. Contoh antioksidan jenis ini seperti : Butil Hidroksi Anisol (BHA), Butil Hidroksi Toluen (BHT), propil galat, Tert-Butil Hidoksi Quinon (TBHQ) dan tokoferol. Antioksidan tersebut merupakan antioksidan alami yang telah diproduksi secara sintetis untuk tujuan komersial (Wini, 2003).
Penggolongan Antioksidan berdasarkan mekanisme kerjanya
Antioksidan primer
Antioksidan primer berperan untuk mencegah pembentukan radikal bebas baru dengan memutus reaksi berantai dan mengubahnya menjadi produk yang lebih stabil dan kurag berdampak negatif, Antioksidan primer dapat diproduksi oleh tubuh kita sendiri, hanya sayang dengan adanya pertambahan usia, produksi dan kualitas antioksidan yang diproduksi tubuh, akan berkurang.
Contoh: enzim superoksida dimustase (SOD), katalase, glutation peroksidase (GPx) dan Protein pengikat logam.
Antioksidan Sekunder (Antioksidan preventif)
Antioksidan sekunder berfungsi mengkhelat logam yang bertindak sebagai pro-oksidan, menangkap senyawa radikal serta mencegah dan mengurangi laju terjadinya reaksi berantai.
Contoh; vitamin E, Vitamin C, dan β-karoten.
Antioksidan Tersier
Antioksidan tersier berfungsi memperbaiki kerusakan sel dan jaringan yang disebabkan oleh radikal bebas. Contoh: enzim yang memperbaiki DNA pada inti sel adalah metionin sulfoksida reduktase. 
Vitamin A (betakaroten)
Merupakan salah satu jenis vitamin larut dalam lemak yang berperan penting dalam pembentukan sistem penglihatan yang baik. Terdapat beberapa senyawa yang digolongkan ke dalam kelompok vitamin A, antara lain retinolretinil palmitat, dan retinil asetat. Akan tetapi, istilah vitamin A seringkali merujuk pada senyawa retinol dibandingkan dengan senyawa lain karena senyawa inilah yang paling banyak berperan aktif di dalam tubuh. Rumus kimia untuk Vitamin A adalah C20H30O.
Vitamin A berperan dalam Penglihatan karena mengandung retinol dan rodopsin senyawa retinol akan membentuk kompleks pigmen yang sensitif terhadap cahaya untuk mentransmisikan sinyal cahaya ke otak, Meningkatkan sistem imun karena dapat meningkatkan kerja Leukosit dan antibodi, dan sebagai Antioksidan karena mengandung beta karoten.
Vitamin A sebagai antioksidan karena Beta karoten, salah satu bentuk vitamin A, merupakan senyawa dengan aktivitas antioksidan yang mampu menangkal radikal bebas. B-karoten merupakan salah satu senyawa antioksidan alami. Antioksidan berfungsi sebagai quencher singlet oksigen, dan penangkal radikal bebas. Ini tidak hanya terjadi dalam sistem fotosintesis tumbuhan, tetapi juga dalam tubuh manusia maupun hewan. Singlet oksigen adalah tingkat tenaga molekul O2 yang sangat reaktif, dapat menginisiasi peroksida lipid hingga terjadi reaksi berantai radikal bebas yang dapat mengoksidasi komponen sel lain, seperti protein dan DNA. Contoh yang sederhana kerusakan-kerusakan ini memicu penuaan dini pada manusia. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa singlet oksigen yang berbahaya ini dapat di non-aktifkan oleh B-karoten. Selain itu, B-karoten juga mampu bereaksi dengan radikal bebas (R.) dengan proses transfer muatan (elektron). Pada reaksi ini akan diperoleh radikal bebas dari B-karoten yang relatif lebih stabil dan tidak memiliki energi yang cukup untuk dapat bereaksi dengan molekul lain membentuk radikal baru (Britton, 1995 ; Gordon, 1990). B-karoten (H) + R. è B-karoten. + RH . Selain itu Vitamin A juga menjamin perkembangan kulit yang sehat, membran mukosa, kelenjar thymus dan jaringan lymphoid, dan semua hal yang berhubungan dengan sistem kekebalan tubuh. 
Sumber : Wortel, brokoli, sayur hijau, bayam, labu, hati, kentang, telur, aprikot, mangga, buah-buahan berwarna cerah, susu dan ikan.
Vitamin C
            Vitamin C adalah nutrien dan vitamin yang larut dalam air dan penting untuk kehidupan serta untuk menjaga kesehatan. Vitamin ini juga dikenal dengan nama kimia dari bentuk utamanya yaitu asam askorbat. Vitamin C dikenal sebagai antioksidan terlarut air paling dikenal, vitamin C juga secara efektif memungut formasi ROS dan radikal bebas (Frei 1994).
Vitamin C mampu menghilangkan senyawa oksigen reaktif di dalam sel netrofil, monosit, protein lensa dan retina. Juga dapat bereaksi dengan Fe-ferritin. Di luar sel, Vitamin C mampu menghilangkan senyawa oksigen reaktif, mencegah LDL teroksidasi, mentransfer elektron ke dalam tokoferol teroksidasi dan mengabsorpsi logam dalam saluran cerna.
Sebagai antioksidan, Vitamin C dapat langsung bereaksi dengan anion superoksida, radikal hidroksil, oksigen singlet dan lipid peroksida. Sebagai reduktor vitamin c akan mendonorkan satu elektron membentuk semidehidroaskorbat yang tidak bersifat reaktif dan selanjutnya mengalami reaksi disproporsionasi membentuk dehidroaskorbat yang bersifat tidak stabil. Dehidroaskorbat akan terdegradasi membentuk asam oksalat dan asam treonat.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj_1qUWxiDn-w1h-vjIT3UCiJMMCjV5CsBdCYeHehnF7wqSYMSUKYTOJWMhuqKrQ_SQNhMLXaPy_zjMNAgERnbKJYXsQvhYyGPALIi6yBxcq2I5b5yhuHda6HpMyOnVcN3f7sjPrVmOlHMb/s400/Graphic9.jpg
No.1 menunjukkan reaksi asam askorbat dengan superoksida
No.2 menunjukkan reaksi dengan hidrogen peroksida dikatalisis oleh enzim askorbat peroksidase 
Askorbat dapat langsung menangkap radikal bebas oksigen, baik dengan atau tanpa katalisator enzim. Secara tidak langsung askorbat dapat meredam aktivitas dengan mengubah tokoferol tereduksi.
Vitamin E
Vitamin E atau tekoferol merupakan zat gizi yang penting dan unik. Penting karena vitamin ini mempunyai sifat antioksidan sehingga dapat menghambat terjadinya penyakit degeneratif. Disebut unik, karena vitamin ini dimasukan dalam kelompok vitamin, walaupun sebenarnya tidak mempunyai fungsi sebagai kofaktor untuk lazimnya fungsi vitamin umumnya.
            Vitamin E bekerja sebagai antioksidan karena ia mudah teroksidasi. Dengan demikian dapat melindungi senyawa lain dari oksidasi. Karena fungsinya sebagai antioksidan inilah, vitamin E merupakan pertahanan utama melawan oksigen perusak, lipid perosida, dan radikal bebas serta menghentikan reaksi berantai dari radikal bebas.
            Pada sel membran, vitamin E akan mencegah oksidasi lemak khususnya Poly Unsaturated Fatty Acid (PUFA), serta senyawa lain seperti melindungi bagian metabolik yang akan mentransformasi bahan bakar energi ke dalam ATP.
            Dalam jaringan lemak tubuh antioksidan dari vitamin E menyerang lipid peroksida yang merupakan hasil dari reaksi antara lipid dan radikal bebas. Lipid peroksida dianggap berbahaya karena dicurigai sebagai penyebab penyakit degeneratif.
            Dengan adanya sifat antioksidan dari vitamin E, sel dan komponen tubuh yang lain akan melindungu dari serangan radikal bebas dan menghentikan reaksi berantai atau oksidasi merusak. Selain itu vitamin E akan mencegah kerusakan DNA yang menyebabkan mutasi, mempertahankan LDL, dan unsur tubuh yang kaya lemak melawan oksidasi.
Sumber : Asparagus, alpukat, buah zaitun, bayam, kacang kacangan, biji bijian, gandum, minyak sayur, sereal.
Kombinasi antioksidan
Antioksidan bekerja sebagai sebuah sistem untuk menghentikan kerusakan akibat radikal bebas. Oleh karena itu, para ahli nutrisi menyarankan agar kita sering mengonsumsi produk yang mengandung banyak variasi antioksidan, kombinasi vitamin, mineral, dan zat berkhasiat lainnya.
Meskipun diketahui bersifat baik, antioksidan yang berlebihan juga dapat berbahaya bagi tubuh. Sebuah penelitian menemukan bahwa beta karoten berlebihan justru bisa meningkatkan risiko kanker paru-paru, terutama pada perokok atau orang yang telah terpapar asbestos.Vitamin C yang berlebihan akan berpotensi menjadi vitamin C radikal yang bersifat radikal bebas, sehingga glutation tidak cukup untuk menetralkannya. Selain itu, kelebihan vitamin C (sintetis) akan membuat ginjal bekerja semakin keras.
Begitu juga dengan vitamin E. Sebuah teori menyatakan bahwa kelebihan vitamin E dapat mengganggu proses pembekuan darah. Selain itu, vitamin E juga dapat terakumulasi dalam jaringan tubuh yang mangandung lemak (misalnya organ hati) dan berpotensi dapat meracuninya.





BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
            Dapat ditarik kesimpulan dari pembahasan tersebut ialah Antioksidan merupakan senyawa yang sangat dibutuhkan tubuh dalam melawan radikal bebas. Antioksidan sendiri bekerja dengan menambah atom Hidrogen atau dengan memperlambat laju autooksidasi.
            Vitamin A,C, dan E merupakan salah satu sumber Antioksidan. Vitamin A (betakaroten) sendiri berperan dalam menon-aktifkan singlet oksigen. Vitamin C sendiri berperan dalam imunitas dan sebagai penetral radikal bebas tersebaut. Sedangkan Vitamin E berperan melindungi senyawa lain dari oksidasi. Adapun Vitamin – vitamin tersebut terdapat pada buah dan sayur.
            Meskipun antioksidan itu penting, akan tetapi kelebihan antioksidan dapat menyebabkan antioksidan itu seniri menjadi radikal bebas.
Saran
            Dari penulisan ini kami memiliki saran agar masyarakat lebih sadar akan adanya radikal bebas di lingkungan sekitar dengan menkonsumsi buah dan sayur yang mengandung antioksidan secukupnya, dan tentunya agar mahasiswa dapat lebih memahami Antioksidan itu sendiri, karena aktivitas kuliah yang begitu sibuk bagaimana dalam menkonsumsi vitamin vitamin.







                                         DAFTAR PUSTAKA             

Lamid, Astuti, Maret 1995, "Vitamin E sebagai Antioksidan". e-Journal Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Volume 05, No. 1, http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/MPK/article/view/701/0, 03 November 2013.



Your Reply

view